Minggu, 23 Juni 2013

KEMISKINAN REFLEKSI DARI PERSEPSI LADANG UJIAN DAN LADANG AMAL





Kemiskinan...............sebuah kata yang menunjukkan suatu indikator yang menentukan berhasil tidaknya suatu negara mensejahterakan rakyatnya. Dalam tulisan ini penulis mencoba memaparkan sebuah refleksi diri penulis tentang persepsinya bagaimana memahami kemiskinan sebagai ladang ujian dan sekaligus juga menjadi ladang amal.
Berbicara tentang kemiskinan tidak terlepas dari pengertian tentang kemiskinan itu sendiri.Pengertian kemiskinan telah disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga diantaranya adalah:
  1. BAPPENAS (1993) mendefisnisikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
  2. Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
  3. Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
  4. Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik. 
  5. Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 
  6. Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material. 
  7. Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.

Dari beberapa pengertian yang penulis kumpulkan tersebut dapat diambil satu pengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berbicara tentang kemiskinan tidak bisa dipisahkan dari asal katanya yaitu miskin dan penulis membayangkan sebuah kata kebalikannya yaitu kaya. Kata miskin dan kaya ini bagi penulis memunculkan ide untuk menghubungkan kedua kata yang bersebrangan ini menjadi sebuah jembatan kesetaraan.
Sebagai manusia dalam pertentangan batinnya selalu mempertanyakan eksistensi penciptaannya dan menimbulkan beberapa pertanyaan yang cukup menggelitik dan  sedikit menguras emosi.Pertanyaan-pertanyaan yang umum terlontar adalah:
1.      Kenapa sih di dunia ini ada orang miskin dan ada orang kaya? Kenapa tidak semuanya kaya?
2.      Kenapa sih di dunia ini ada orang lemah dan ada orang kuat? Kenapa tidak semuanya kuat?
3.      Kenapa sih di dunia ini ada orang cacat dan ada orang sehat? Kenapa tidak semuanya sehat?
Dalam Konteks Islam  yang penulis coba pahami adalah Sejak awal mula penciptaan dunia, kita mengetahui Allah menciptakan segala sesuatunya dalam keanekaragaman. Ada terang, ada gelap, ada matahari, ada bulan dan bintang, pegunungan maupun pantai/ laut, aneka tumbuhan dan hewan, baik di darat dan di laut.
Demikian juga pada saat menciptakan manusia, ada pria dan wanita. Tubuh manusia-pun terdiri dari anggota-anggota tubuh yang berbeda baik sifat maupun fungsinya. Maka Allah menciptakan keaneka- ragaman manusia, dan seluruh alam ciptaan-Nya, karena dalam keanekaragaman itu kemuliaan, keindahan dan kebesaran Tuhan semakin terlihat.
Sesungguhnya di antara pondasi agama adalah mengimani kebijaksanaan Rabb سبحانه وتعالى dalam hal penciptaan dan perintahnya-Nya dan juga dalam hal takdir dan syariat-Nya.Artinya bahwa Allah tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Dan Allah juga tidak akan mensyariatkan sesuatu yang tidak ada kemaslahatan di dalamnya ,bagi hamba-hambanya karena Allahlah Pencipta segala sesuatu.
Di antara konsekuensi kebijaksanaan Allah adalah diciptakannya hal-hal yang saling berlawanan.Allah menciptakan malaikat dan setan, malam dan siang, baik dan buruk, bagus dan jelek, menciptakan kebaikan dan kejahatan, menciptakan kelebihan dan perbedaan antara sesama hamba- Nya pada badan dan akal serta kekuatan mereka.Allah juga menjadikan di antara mereka ada yang kaya dan miskin, sehat dan sakit, pandai dan bodoh.Di antara kebijaksanaan Allah terhadap makhluk-Nya yaitu Dia memberi cobaan kepada mereka, dan menjadikan sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang lain, agar jelas, siapa yang mensyukuri Allah dan siapa yang kufur kepada-Nya.Allah berfirman:
“Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa,yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang ketika itu disebut?.Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan meliha.Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.(Qs.Al-Insan:1-3)
Di lain Surat Allah berfirman
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun” (Qs.Al-Mulk : 2)
            Sebuah Ibroh atau pelajaran yang dapat kita petik dari sunnatullah penciptaan kita adalah adanya hubungan timbal balik yang berkesinambungan diantara dua penciptaan yang menjadi satu kesatuan yang jika diibaratkan dalam siklus kehidupan manusia ia bagaikan roda pedati yang terus berjalan hingga ia berhenti setelah sampai pada tujuan yaitu akhir dari hidup kita di dunia yang menjadi awal keabadian di akherat nanti.
 Berbicara antara miskin dan kaya bukan lagi mempertentangkan dan menyesalkan mengapa kita ditakdirkan miskin atau mengapa kita ditakdirkan kaya,Tetapi kondisi miskin dan kaya bisa di ubah menjadi hubungan jembatan kesetaraan,yang akan mendatangkan rahmat Allah yang beroleh nikmat surga-Nya dan menjauhkan azab Allah dari siksa neraka-Nya.
            Bagi Si Miskin ia akan terlepas dari Azab Allah dan meraih Syurga bila dengan  kemiskinanya ia tidak menjadi kafir karena kefakirannya dan ia mau terus berusaha dengan segala kemampuannya untuk merubah nasibnya,sebagaimana firma Allah,SWT:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Baginya( manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka tidak ada yang dapat menolaknya (Qs.Ar-Ra'du:11).

            Bagi Si Kaya ia akan terhindar dari Azab Allah bila ia berlaku adil terhadap sesama,tidak cenderung merugikan orang lain demi keuntungan yang ia akan peroleh untuk dirinya sendiri atau seumpama manusia berbuat kecurangan yang nyata dalam kehidupannya dan manusia yang kerap menganiaya orang lain dan dirinya sendiri walaupun karena kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh perbuatannya.
Firman ALLAH Ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيماً وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَاناً وَظُلْماً فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَاراً وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيراً
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Qs: An-Nisaa’ : 29-30).
            Diakhir tulisan Jembatan kesetaraan yang terjalin diantara miskin dan kaya adalah:
1.      Mengerjakan Amal Ibadah Kepada ALLAH
Yaitu adalah mereka yang senantiasa taat lagi patuh pada perintah ALLAH, senantiasa membaca kitab ALLAH, mengerjakan amalan wajib seperti sholat lima waktu maupun yang sunnah serta yang membayarkan zakat, infaq dan sadaqah yang menyantuni fakir miskin dan lagi karena akan terjalin segala kasih sayang sesama mereka.
Firman ALLAH Ta’ala :
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (Qs.Faathir:29-30)
2.      Bersyukur kepada ALLAH
Yaitu apabila seorang manusia yang beroleh rezeki dan harta yang banyak, niscaya ia menyadari bahwa sekalian daripada harta yang ia kumpulkan adalah karunia daripada ALLAH semata, dan menyadari bahwa sekalian daripada hartanya bukanlah miliknya sepenuhnya melainkan adalah harta daripada kaum dhuafa lagi yang fakir dan miskin itulah sebahagiannya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Bersabda : 
Dari annas ra  ia berkata rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah sangat ridha kepada orang yang apabila makan ia memuji kepada – Nya  atau apabila minum ia memuji kepada Nya  karena merasa telah mendapatkan rahmat (Hr Muslim)
Firman ALLAH Ta’ala :
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِّيَقُولواْ أَهَـؤُلاء مَنَّ اللّهُ عَلَيْهِم مِّن بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?”. (Qs.Al-An’aam: 53)
Sedang daripada perjalanannya guna beroleh rezeki daripada ALLAH, niscaya apabila ia beroleh rezeki yang baik daripada ALLAH adalah ia bersyukur sepenuhnya atas segala karunia lagi Rahmat-Nya. Sedang  apabila ia beroleh rezeki yang tiada semestinya baginya, tetaplah ia dengan segala kesyukurannya kepada ALLAH melainkan baginya memohonkan kepada ALLAH agar memberikan rahmat lagi karunia-Nya pada hari yang lain.
Firman ALLAH Ta’ala :
اللّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقَدِرُ وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ 
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akherat.(QsAr-Ra’d:26). 
Senantiasa mensyukuri sekalian keadaan yang ia hadapi, apabila ia beroleh suatu keadaan yang baik dalam perjalanan hidupnya.niscaya amatlah besar rasa syukurnya pada ALLAH, dan apabila ia beroleh keadaan yang buruk maupun sulit dalam perjalan hidupnya, niscaya adalah ia tetap dalam kesyukurannya kepada ALLAH melainkan hanya baginya memohon kepada ALLAH agar meringankan segala urusan dunianya demi kelancaran urusannya di negeri akhirat kelak. Firman ALLAH Ta’ala :
“Dialah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo`a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): “Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”.  (Qs.Yunus : 22)
Dan ALLAH Tabaraka wa Ta’ala senantiasa menambahkan nikmat-Nya kepada orang yang bersyukur, sedang bagi orang-orang yang ingkar kepada ALLAH dari rasa bersyukur kepada-Nya, niscaya tiadalah diringankan segala siksa dan dosanya melainkan siksa ALLAH-lah bagi mereka baik didunia maupun di negeri akhirat kelak.
Firman ALLAH Ta’ala :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Qs.Ibrahim : 7).
3.      Berterima kasih Kepada ALLAH
Yaitu mereka yang senantiasa berterima kasih kepada ALLAH, bahwasanya terdapat limpahan nikmat ALLAH dibalik daripada kesusahan mereka. Apabila mereka ditimpa kemelaratan dan kesusahan dalam perkara urusan dunianya, lalu mereka hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran dan kemudian ALLAH menghilangkan kemelaratan yang ada pada mereka hingga tiadalah luput atas hati dan lisan mereka untuk berterima kasih kepada ALLAH.
Firman ALLAH Ta’ala :
وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. (Qs.Al-Israa’:67).
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya,(Qs. Al-Aadiyaat:6).
4.      Cinta kepada ALLAH
Yaitu mereka yang senantiasa berbaik sangka kepada ALLAH, yang patuh lagi taat akan segala perintah-Nya lagi meninggalkan segala apa-apa yang dilarang-Nya. Menjauhkan diri akan sekalian perkara kemaksiatan yang dibenci oleh ALLAH lagi condong dengan sebenar-benar condong kepada syari’at ALLAH dan menerima segala apa-apa yang ALLAH tetapkan ke atas dirinya.
Firman ALLAH Ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(Qs. Al-Baqarah : 165).
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Qs.Al-Hujuraat : 7)
Demikian refleksi dari diri penulis yang mencoba menjalin jembatan kesetaraan antara Miskin dan Kaya dalam memandang kemiskinan sebagai ladang ujian dan ladang amal.Wallahu A'lam Bishowab

Penulis: Admin

Sumber Tulisan:
1.      Fans Page Facebook  Al-Qur’an sebagai pedoman hidup ini,


Bookmark and Share
Artikel yang berhubungan :

Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar