Kemiskinan...............sebuah kata yang menunjukkan suatu
indikator yang menentukan berhasil tidaknya suatu negara mensejahterakan
rakyatnya. Dalam tulisan ini penulis mencoba memaparkan sebuah refleksi diri
penulis tentang persepsinya bagaimana memahami kemiskinan sebagai ladang ujian
dan sekaligus juga menjadi ladang amal.
Berbicara tentang kemiskinan tidak terlepas dari pengertian
tentang kemiskinan itu sendiri.Pengertian kemiskinan telah disampaikan oleh
beberapa ahli atau lembaga diantaranya adalah:
- BAPPENAS (1993) mendefisnisikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
- Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
- Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik.
- Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
- Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material.
- Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.
Dari beberapa pengertian yang penulis kumpulkan tersebut
dapat diambil satu pengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang
merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi
dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berbicara tentang kemiskinan tidak bisa dipisahkan dari asal
katanya yaitu miskin dan penulis membayangkan sebuah kata kebalikannya yaitu
kaya. Kata miskin dan kaya ini bagi penulis memunculkan ide untuk menghubungkan
kedua kata yang bersebrangan ini menjadi sebuah jembatan kesetaraan.
Sebagai manusia dalam pertentangan batinnya selalu
mempertanyakan eksistensi penciptaannya dan menimbulkan beberapa pertanyaan
yang cukup menggelitik dan sedikit
menguras emosi.Pertanyaan-pertanyaan yang umum terlontar adalah:
1. Kenapa sih
di dunia ini ada orang miskin dan ada orang kaya? Kenapa tidak semuanya kaya?
2. Kenapa sih
di dunia ini ada orang lemah dan ada orang kuat? Kenapa tidak semuanya kuat?
3. Kenapa sih
di dunia ini ada orang cacat dan ada orang sehat? Kenapa tidak semuanya sehat?
Dalam Konteks
Islam yang penulis coba pahami adalah Sejak awal mula penciptaan dunia, kita
mengetahui Allah menciptakan segala sesuatunya dalam keanekaragaman. Ada terang,
ada gelap, ada matahari, ada bulan dan bintang, pegunungan maupun pantai/ laut,
aneka tumbuhan dan hewan, baik di darat dan di laut.
Demikian juga pada saat menciptakan
manusia, ada pria dan wanita. Tubuh manusia-pun terdiri dari anggota-anggota
tubuh yang berbeda baik sifat maupun fungsinya. Maka Allah menciptakan keaneka-
ragaman manusia, dan seluruh alam ciptaan-Nya, karena dalam keanekaragaman itu
kemuliaan, keindahan dan kebesaran Tuhan semakin terlihat.
Sesungguhnya di
antara pondasi agama adalah mengimani kebijaksanaan Rabb سبحانه وتعالى dalam
hal penciptaan dan perintahnya-Nya dan juga dalam hal takdir dan
syariat-Nya.Artinya bahwa Allah tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Dan Allah juga tidak akan mensyariatkan sesuatu yang tidak ada kemaslahatan di
dalamnya ,bagi hamba-hambanya karena Allahlah Pencipta segala sesuatu.
Di antara konsekuensi kebijaksanaan Allah adalah
diciptakannya hal-hal yang saling berlawanan.Allah menciptakan malaikat dan
setan, malam dan siang, baik dan buruk, bagus dan jelek, menciptakan kebaikan
dan kejahatan, menciptakan kelebihan dan perbedaan antara sesama hamba- Nya
pada badan dan akal serta kekuatan mereka.Allah juga menjadikan di antara
mereka ada yang kaya dan miskin, sehat dan sakit, pandai dan bodoh.Di antara
kebijaksanaan Allah terhadap makhluk-Nya yaitu Dia memberi cobaan kepada
mereka, dan menjadikan sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang lain, agar
jelas, siapa yang mensyukuri Allah dan siapa yang kufur kepada-Nya.Allah
berfirman:
“Bukankah pernah
datang kepada manusia waktu dari masa,yang ketika itu belum merupakan sesuatu
yang ketika itu disebut?.Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan meliha.Sesungguhnya Kami
telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kufur.(Qs.Al-Insan:1-3)
Di lain Surat Allah berfirman
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun” (Qs.Al-Mulk : 2)
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun” (Qs.Al-Mulk : 2)
Sebuah
Ibroh atau pelajaran yang dapat kita petik dari sunnatullah penciptaan kita
adalah adanya hubungan timbal balik yang berkesinambungan diantara dua
penciptaan yang menjadi satu kesatuan yang jika diibaratkan dalam siklus
kehidupan manusia ia bagaikan roda pedati yang terus berjalan hingga ia
berhenti setelah sampai pada tujuan yaitu akhir dari hidup kita di dunia yang
menjadi awal keabadian di akherat nanti.
Berbicara
antara miskin dan kaya bukan lagi mempertentangkan dan menyesalkan mengapa kita
ditakdirkan miskin atau mengapa kita ditakdirkan kaya,Tetapi kondisi miskin dan
kaya bisa di ubah menjadi hubungan jembatan kesetaraan,yang akan mendatangkan rahmat Allah
yang beroleh nikmat surga-Nya dan menjauhkan azab Allah dari siksa neraka-Nya.
Bagi Si Miskin ia akan terlepas dari
Azab Allah dan meraih Syurga bila dengan
kemiskinanya ia tidak menjadi kafir karena kefakirannya dan ia mau terus
berusaha dengan segala kemampuannya untuk merubah nasibnya,sebagaimana firma
Allah,SWT:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Baginya( manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu
menjaganya bergiliran,dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas
perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka tidak ada yang dapat menolaknya (Qs.Ar-Ra'du:11).
Bagi
Si Kaya ia akan terhindar dari Azab Allah bila ia berlaku adil terhadap sesama,tidak cenderung
merugikan orang lain demi keuntungan yang ia akan peroleh untuk dirinya sendiri
atau seumpama manusia berbuat kecurangan yang nyata dalam kehidupannya dan
manusia yang kerap menganiaya orang lain dan dirinya sendiri walaupun karena
kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh perbuatannya.
Firman ALLAH Ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ
تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً
عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ
رَحِيماً وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَاناً وَظُلْماً فَسَوْفَ نُصْلِيهِ
نَاراً وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيراً
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa
berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Qs: An-Nisaa’ : 29-30).
Diakhir
tulisan Jembatan kesetaraan yang terjalin diantara miskin dan kaya adalah:
1.
Mengerjakan Amal Ibadah Kepada ALLAH
Yaitu adalah mereka yang senantiasa
taat lagi patuh pada perintah ALLAH, senantiasa membaca kitab ALLAH,
mengerjakan amalan wajib seperti sholat lima waktu maupun yang sunnah serta
yang membayarkan zakat, infaq dan sadaqah yang menyantuni fakir miskin dan lagi
karena akan terjalin segala kasih sayang sesama mereka.
Firman ALLAH Ta’ala :
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ
اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً
وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ
وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (Qs.Faathir:29-30)
2.
Bersyukur kepada ALLAH
Yaitu apabila seorang manusia yang
beroleh rezeki dan harta yang banyak, niscaya ia menyadari bahwa sekalian
daripada harta yang ia kumpulkan adalah karunia daripada ALLAH semata, dan
menyadari bahwa sekalian daripada hartanya bukanlah miliknya sepenuhnya
melainkan adalah harta daripada kaum dhuafa lagi yang fakir dan miskin itulah
sebahagiannya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Bersabda :
Dari annas ra ia berkata rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya Allah sangat ridha kepada orang yang apabila makan ia memuji
kepada – Nya atau apabila minum ia memuji kepada Nya karena merasa
telah mendapatkan rahmat (Hr Muslim)
Firman ALLAH Ta’ala :
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم
بِبَعْضٍ لِّيَقُولواْ أَهَـؤُلاء مَنَّ اللّهُ عَلَيْهِم مِّن بَيْنِنَا أَلَيْسَ
اللّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka
(orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya
(orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita
yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah
Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?”. (Qs.Al-An’aam: 53)
Sedang daripada perjalanannya guna beroleh rezeki daripada
ALLAH, niscaya apabila ia beroleh rezeki yang baik daripada ALLAH adalah ia bersyukur
sepenuhnya atas segala karunia lagi Rahmat-Nya. Sedang apabila ia beroleh
rezeki yang tiada semestinya baginya, tetaplah ia dengan segala kesyukurannya
kepada ALLAH melainkan baginya memohonkan kepada ALLAH agar memberikan rahmat
lagi karunia-Nya pada hari yang lain.
Firman ALLAH Ta’ala :
اللّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَيَقَدِرُ وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang
Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan
dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang
sedikit) dibanding kehidupan akherat.(QsAr-Ra’d:26).
Senantiasa mensyukuri sekalian
keadaan yang ia hadapi, apabila ia beroleh suatu keadaan yang baik dalam
perjalanan hidupnya.niscaya amatlah besar rasa syukurnya pada ALLAH, dan apabila
ia beroleh keadaan yang buruk maupun sulit dalam perjalan hidupnya, niscaya
adalah ia tetap dalam kesyukurannya kepada ALLAH melainkan hanya baginya
memohon kepada ALLAH agar meringankan segala urusan dunianya demi kelancaran
urusannya di negeri akhirat kelak. Firman ALLAH Ta’ala :
“Dialah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di
daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera,
dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan
tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai,
dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa
mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo`a kepada Allah dengan mengikhlaskan
keta’atan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): “Sesungguhnya jika engkau
menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang
yang bersyukur”. (Qs.Yunus : 22)
Dan ALLAH Tabaraka wa Ta’ala senantiasa menambahkan
nikmat-Nya kepada orang yang bersyukur, sedang bagi orang-orang yang ingkar
kepada ALLAH dari rasa bersyukur kepada-Nya, niscaya tiadalah diringankan
segala siksa dan dosanya melainkan siksa ALLAH-lah bagi mereka baik didunia
maupun di negeri akhirat kelak.
Firman ALLAH Ta’ala :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن
شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(Qs.Ibrahim : 7).
3.
Berterima kasih Kepada ALLAH
Yaitu mereka yang senantiasa
berterima kasih kepada ALLAH, bahwasanya terdapat limpahan nikmat ALLAH dibalik
daripada kesusahan mereka. Apabila mereka ditimpa kemelaratan dan kesusahan dalam
perkara urusan dunianya, lalu mereka hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran dan
kemudian ALLAH menghilangkan kemelaratan yang ada pada mereka hingga tiadalah
luput atas hati dan lisan mereka untuk berterima kasih kepada ALLAH.
Firman ALLAH Ta’ala :
وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي
الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى
الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah
siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke
daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. (Qs.Al-Israa’:67).
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih
kepada Tuhannya,(Qs. Al-Aadiyaat:6).
4.
Cinta kepada ALLAH
Yaitu mereka yang senantiasa berbaik
sangka kepada ALLAH, yang patuh lagi taat akan segala perintah-Nya lagi
meninggalkan segala apa-apa yang dilarang-Nya. Menjauhkan diri akan sekalian
perkara kemaksiatan yang dibenci oleh ALLAH lagi condong dengan sebenar-benar
condong kepada syari’at ALLAH dan menerima segala apa-apa yang ALLAH tetapkan
ke atas dirinya.
Firman ALLAH Ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن
دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ
أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ
الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan
jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(Qs. Al-Baqarah : 165).
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ
اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ
اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ
إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah.
Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan
mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus. (Qs.Al-Hujuraat : 7)
Demikian refleksi dari diri penulis
yang mencoba menjalin jembatan kesetaraan antara Miskin dan Kaya dalam
memandang kemiskinan sebagai ladang ujian dan ladang amal.Wallahu A'lam Bishowab
Penulis: Admin
Sumber
Tulisan:
1.
Fans Page Facebook Al-Qur’an sebagai pedoman hidup ini,
0 komentar:
Posting Komentar